29.1.08

Tetapi...


Bu...ternyata berpisah itu sakit...
Sewaktu kecil aku sering melihat mereka yang meneteskan air mata karena berpisah dengan orang-orang yang disayanginya, heran...mengapa harus seperti itu?
Tetapi aku mengerti saat Ayah pergi meninggalkanku, aku tahu dia tak akan kembali...
Ibu berkata aku tidak perlu bersedih...karena Ayah akan mendapatkan tempat yang terbaik...

Sekarang, aku beranjak dewasa, aku memiliki dia yang menjadi menjadi pujaan hatiku...
Aku tahu mungkin suatu hari dia akan meninggalkanku, tapi aku berharap itu tidak terjadi...
Tetapi itu sepertinya memang harus terjadi...
Dia ingin aku tak lagi bersamanya untuk waktu yang sangat lama, aku pun tak tahu sampai kapan...

Dia memintaku untuk melepasnya karena dia harus mengejar cita-citanya...
Bu...aku sayang dia...aku tak mau menjadi penghalang bagi dirinya...
Aku tahu aku akan merasakan sakit jika dia harus lepas dari pelukanku...
Tetapi Ibu berkata bahwa cinta itu memberi, jangan berharap untuk meminta...

Bu, aku sakit...
Aku benar-benar menyayanginya...
Rasanya berat untuk berpisah dengannya...
Tetapi Ibu berkata aku harus menelan rasa sakit itu jika aku benar-benar menyayanginya...

Bu, ingin rasanya aku menjadi anak kecil lagi...
Yang selalu bisa menangis di pelukanmu, sekalipun aku menangis hanya karena sedikit rasa tak nyaman yang tak aku inginkan...
Tetapi Ibu berkata bahwa hidup harus terus berjalan...

Bu, jika itu memang harus terjadi, ajarkan aku agar aku bisa melepasnya tanpa rasa sakit dan luka...
Namun rasa tulus yang akan menjadi penyemangat bagi dirinya untuk mengejar cita-cita...
Karena aku sayang dia...


>>> Bandung, 290108 20:31, saat aku mengingat dia...

24.1.08

Siapakah Aku?


Aku adalah teman sejatimu.

Aku adalah penolongmu yang paling hebat, Juga adalah bebanmu yang paling
berat.

Aku akan mendorongmu maju atau menyeretmu kedalam kegagalan.

Aku sepenuhnya tunduk pada perintahmu

Sembilan puluh persen hal yang kamu perbuat boleh kamu serahkan kepadaku dan
aku akan dapat mengerjakan secara cepat dan tepat.

Aku mudah diatur, tunjukkanlah kepadaku bagaimana persisnya kamu menghendaki
sesuatu dikerjakan dan setelah beberapa kali aku akan mengerjakannya secara
otomatis.

Aku adalah hamba semua orang hebat dan sayangnya juga hamba semua orang
pecundang.

Aku bukan mesin, walaupun aku bekerja dengan presisi mesin ditambah
intelegensi manusia.

Kamu bisa menjalankan aku demi meraih keuntungan atau malah hancur, tidak
ada bedanya bagiku.

Ambillah aku, latihlah aku, bersikaplah tegas terhadapku, maka aku akan
menempatkan dunia dibawah kakimu.

Bersikap longgarlah terhadapku maka aku akan menghancurkanmu.

Siapakah aku?

Aku adalah “Kebiasaan”.

Kebiasaan-kebiasaan yang baik harus dipegang erat-erat dengan kuat dengan
komitmen yang tinggi.

Terlepas bagaimana perasaan anda saat itu, setiap keputusan yang dikuatkan
oleh kehendak anda untuk mengambil tindakan sesuai dengan komitmen anda akan
mendatangkan hasil-hasil yang mengagumkan dalam waktu yang relatif singkat.


>>> http://www.motivasi.web.id/?p=12#more-12

22.1.08

Anger Management...

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar.

Seseorang yang tidak bisa merasa marah -tidak bisa disebut penyabar; karena dia hanya tidak bisa marah.

Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar.

Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu-sulit, Anda sangat tepat; karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Kesabaran bukanlah sebuah sifat, tetapi sebuah akibat.

Perhatikanlah bahwa kita lebih sering menderita karena kemarahan kita, daripada karena hal-hal yang membuat kita merasa marah. Perhatikanlah juga bahwa kemarahan kita sering melambung lebih tinggi daripada nilai dari sesuatu yang menyebabkan kemarahan kita itu, sehingga kita sering bereaksi berlebihan dalam kemarahan.

Hanya karena Anda menyadari dengan baik –tentang kerugian yang bisa disebabkan oleh reaksi Anda dalam kemarahan, Anda bisa menjadi berhati-hati dalam bereaksi terhadap apa pun yang membuat Anda merasa marah. Kehati-hatian dalam bereaksi terhadap yang membuat Anda marah itu lah yang menjadikan Anda tampil sabar.

Kemarahan adalah sebuah bentuk nafsu.

Nafsu adalah kekuatan yang tidak pernah netral, karena ia hanya mempunyai dua arah gerak; yaitu bila ia tidakmemuliakan,pasti ia
menghinakan.

Nafsu juga bersifat dinamis, karena ia menolak untuk berlaku tenang bila Anda merasa tenang. Ia akan selalu memperbaruhi kekuatannya untuk membuat Anda memperbaruhi kemapanan Anda.

Maka perhatikanlah ini dengan cermat; bila Anda berpikir dengan jernih dalam memilih tindakan dan cara bertindak dalam kemarahan, nafsu itu akan menjadi kekuatan Anda untuk meninggalkan kemapananAndayang sekarang -untuk menuju sebuah kemapanan baru yang lebih tinggi.

Tetapi, bila Anda berlaku sebaliknya, maka ke bawahlah arah pembaruan dari kemapanan Anda.

Itu sebabnya, kita sering menyaksikan seorang berkedudukan tinggi yang terlontarkan dari tingkat kemapanannya, dan kemudian direndahkan karena dia tidak berpikir jernih dalam kemarahan.

Dan bila nafsunya telah menjadikannya seorang yang tidak bisa direndahkan lagi, dia disebut sebagai budak nafsu.

Kualitas reaksi Anda terhadap yang membuat Anda marah, adalah penentu kelas Anda.

Kebijakan para pendahulu kita telah menggariskan bahwa untuk menjadi marah itu mudah, dan patut bagi semua orang. Tetapi, untuk bisa marah kepada orang yang tepat, karena sebab yang tepat, untuk tujuan yang tepat, pada tingkat kemarahan yang tepat, dan dengan cara yang tepat -itu tidak untuk orang-orang kecil.

Maka seberapa besar-kah Anda menginginkan diri Anda jadinya?

Memang pernah ada orang yang mengatakan bahwa siapa pun yang membuat Anda marah-telah mengalahkan Anda. Pengamatan itu tepat-hanya bila Anda mengijinkan diri Anda berlaku dengan cara-cara yang merendahkan diri Anda sendiri karena kemarahan yang disebabkan oleh orang itu.

Itu sebabnya, salah satu cara untuk membesarkan diri adalah menghindari sikap dan perilaku yang mengecilkan diri.

Kita sering merasa marah karena orang lain berlaku persis seperti kita.

Perhatikanlah, bahwa orang tua yang sering marah kepada anak-anaknya yang bertengkar -adalah orang tua yang juga sering bertengkar dengan pasangannya.

Bila kita cukup adil kepada diri kita sendiri, dan mampu untuk sekejap menikmati kedamaian kita akan melihat dengan jelas bahwa kita sering menuntut orang lain untuk berlaku seperti yang tidak kita lakukan.

Dan dengannya, bukankah kemarahan Anda juga penunjuk jalan bagi Anda untuk menemukan perilaku-perilaku baik yang sudah Anda tuntutdariorang lain,tetapi yang masih belum Anda lakukan?

Lalu, mengapakah Anda berlama-lama dalam kemarahan yang sebetulnya adalah tanda yang nyata bahwa Anda belum memperbaiki diri?

Katakanlah, tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat saya marah dan berlaku rendah.

Bila Anda seorang pemimpin, dan Anda telah menerima tugas untuk meninggikan orang lain; maka tidak ada badai, gempa, atau air bah yang bisa membuat Anda mengurangi nilai Anda bagi kepantasan untuk mengemban tugas itu.

Ingatlah, bahwa orang-orang yang berupaya mengecilkan Anda itu-adalah sebetulnya orang-orang kecil.

Karena, orang-orang besar akan sangat berhati-hati dengan perasaan hormat Anda kepada diri Anda sendiri. Bila mereka marah pun kepada Anda, mereka akan berlaku dengan cara-cara yang mengundang Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sedangkan orang kecil? Orang-orang kecil membuat orang lain merasa kecil agar mereka bisa merasa besar.

Anda mengetahui kebesaran yang dijanjikan untuk Anda. Maka besarkan-lah orang lain.

(Sumber: Mario Teguh, MSTS 13.07.2006)



>>>http://www.motivasi.web.id/?p=76#more-76

8.1.08

Allah, Terima Kasih Karena Aku Buruk Rupa...


Allah, terima kasih karena aku buruk rupa,

Sehingga ku tundukkan mukaku saat berjalan,
aku jadi rajin untuk.. “melihat ke bawah”..

Allah, terima kasih karena aku buruk rupa,
sehingga aku tak perlu sering gonta ganti pacar,
cukup “dia” saja pengagumku, yaitu.. “imam”ku..

Allah, terima kasih karena aku buruk rupa,
sehingga aku tak perlu “menonjolkan diri”,
dengan make up yang tebal dan pakaian yang mini,
membuat aku senantiasa tampil sederhana, dengan.. segala kesederhanaanku..

Allah, terima kasih karena aku buruk rupa,
sehingga aku merasa perlu mencari kelebihanku yang lain,
karena aku juga ingin mereka “menoleh” kepadaku,
dan aku pun menjadi pribadi yang.. pekerja keras..

Entah apalah jadinya ya Allah, jika Engkau menjadikanku seorang yang cantik rupawan.. mungkin aku akan menjadi pribadi yang angkuh dan sombong,, suka “bermain2″ dengan cinta karena aku merasa banyak laki2 yang mau bertekuk lutut kepadaku,, berdandan sejadi2nya karena aku tidak ingin mengecewakan para “penggemar”ku,, bahkan menjadi pemalas karena merasa banyak laki2 di luar sana yang mau berbuat apa saja untukku..

Berbahagialah mereka yang Engkau takdirkan [nyaris] sempurna.. dengan kecantikannya luar dalam.. tapi untukku yg buruk rupa ini.. aku sudah sangat bersyukur dengan segala kelebihan lain yang Engkau berikan kepadaku ya Allah.. Ingatkan aku untuk selalu berucap, “Alhamdulillah..”